KOPHI yang Menghijaukan

Posted in , ,

         Intisari-Online.com - Al Gore, peraih Nobel Perdamaian 2007 pernah berucap bahwa perjuangan menyelamatkan lingkungan global jauh lebih sulit daripada perjuangan untuk menaklukkan Hitler karena untuk saat ini kita berperang dengan diri sendiri. Kita adalah musuh, sama seperti kita hanya memiliki diri sebagai sekutu. 

        Tak hanya Al Gore, Rachel Carson pun pernah mengatakan dalam karyanya yang fenomenal. “Bukan sihir, bukan serbuan musuh yang memegat kehidupan dari dunia yang terlanda oleh kematian (silent spring) ini. Orang-orang itu sendiri yang melakukannya.” tulisnya dalam buku Silent Spring.
Baik Al Gore maupun Rachel Carson, keduanya sepakat. Entitas ‘diri sendiri’ menjadi sebab dalam permasalahan ini. Begitu pula dalam upaya menjaga lingkungan, semua berawal dari diri sendiri dahulu. Kita mencoba untuk memberikan contoh agar orang-orang di sekitar kita mau mengikuti.

    Adalah semangat dari Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) untuk bertindak secara nyata agar orang di sekitar mereka peduli lingkungan hijau. Berawal dari organisasi lingkungan kampus berbeda, Yudhitia bersama Lidwina Marcella dan Agusman Pranata, memiliki ide untuk membentuk satu wadah kepemudaan yang melakukan kegiatan bertema lingkungan.

      Eksekusi awal ide tersebut turut menggandeng para mahasiswa di kampus Jabodetabek untuk bergabung. Organiasi kampus seperti UI, UPH, LSPR, Binus, IPB, President University, Binus International, UNJ ikut berpartisipasi untuk kemudian melakukan deklarasi pada 30 Oktober 2010. Misi untuk mempersatukan generasi muda Indonesia yang peduli dan tanggap pada lingkungannya mulai terwujud akhir 2011. Tercatat hingga November 2011, KOPHI telah hadir di 13 propinsi di Indonesia yakni, Aceh, Sumatara Utara, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimatan Timur, Kalimantan Selatan. Bahkan dalam Kongres Nasional II yang akan diselenggarakan 29 November – 2 Desember 2012 mendatang akan bertambah menjadi 20 provinsi. Itulah mengapa mereka menyebut sebagai koalisi, karena bercita-cita menjadi kesatuan dari pemuda-pemuda yang berada hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Aksi nyata untuk warga

        Pada awalnya, banyak pihak meragukan komunitas ini dengan menganggap KOPHI sebagai komunitas yang hanya sekedar bicara saja tanpa aplikasi. Namun sesuai tekad KOPHI yang berusaha untuk menciptakan gerakan hijau nasional nyata dan berkelanjutan, banyak aksi nyata KOPHI untuk masyarakat.
Menurut Yudhitia sebagai pendiri sekaligus Koordinator Divisi Media Komunikasi, setiap kepengurusan daerah melakukan sinergisasi bersama komunitas setempat dalam melakukan kegiatan, sehingga dampaknya akan langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar. Beberapa kampanye seperti "Aksi Tanpa Plastik dan Sterofoam" dan "One Man One Tumbler" digelar di beberapa kota.  "Coastal Cleanup" di Pantai Lhok Mee, Aceh, penanaman mangrove di Pantai Kualo Bengkulu, daur ulang sampah di Lampung, bersih-bersih area Pantai Indrayanti Gunung Kidul, GELAS dan beberapa kegiatan lain merupakan aksi nyata KOPHI di tingkat-tingkat provinsi.

    Salah satu kegiatan tersukses adalah GELAS KOPHI, Gerakan Sosial Aksi Lingkungan yang diselenggarakan di Desa Weninggalih, Jonggol, Jawa Barat. Selama aksinya pada 7-8 Juli lalu, kepengurusan KOPHI Jakarta melakukan berbagai aktivitas untuk warga sekitar seperti edukasi pemanfaatan biogas dan pembuatan kompos metode windrow, pelatihan komputer bagi remaja dan pendidikan lingkungan bagi anak-anak. “Respon masyarakat di sana luar biasa. Peserta acara yang sangat banyak diluar ekspetasi, membuat kami kerepotan sekaligus terharu,” kesan Yudhitia. Bukan tanpa alasan memilih Jonggol, daerah ini sangat potensial namun masih tertinggal secara teknologi komunikasi dan pemanfaatan sampah. Kedepan, Gelas jilid II akan kembali digelar di lokasi yang sama sebagai perencanaan sebuah sistem pengelolaan sampah terpadu dan sistem komunikasi terintegrasi. Program ini sekaligus akan menjadi pilot project bagi daerah lainnya. Menurut Yudhitia, ini akan menjadi penyeimbang yang ideal antara campaign dan aksi nyata berupa pengabdian masyarakat.

    Melalui aksi nyata, KOPHI memberi contoh bagaimana pemuda dapat memberikan sesuatu bagi lingkungan dan masyarakat. “Setiap kegiatan kami publikasikan lewat jejaring sosial yang kita miliki. Mereka yang melihat, secara tidak langsung akan berkomentar atau mudah-mudahan terinspirasi dari aksi kami.” jelas Yudhitia.

Kembali, semua berdasar pada diri sendiri dalam aksi nyata kita untuk turut menghijaukan bumi dan menangkal ‘silent spring’ ala Rachel Carson. Jika Anda tertarik untuk ikut beraksi, silakan kunjungi Fanpage Facebook: Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI). Atau Twitter: @KOPHI_